LAPORAN
PRAKTIKUM FLUIDA
‘’ELASTISISTAS
SPAGETI’’
Penyusun :
Moh.
Lutfi S.U. (103654031)
Ma’murotus
Sa’idah (123654209)
Moh.
Ainun Naim (123654214)
Ainul
Roziqin (123654222)
Glorya
Risty Ningtyas (123654231)
Williarko
Firdaus (123654263)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Elastisitas adalah
kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang, lebar
maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang
menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti
semula.
Spaghetti merupakan salah satu jenis pasta yang
telah dikenal oleh bangsa Italia sejak
zaman manusia bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu, dari tepung yang
dihasilkan lalu diolah dengan sedikit air dan telur menjadi sebuah adonan yang
disebut pasta. Lalu digiling tipis
menjadi selembar-lembar, yang merupakan induk pasta yang kita kenal sebagaiLasagna. Kemudian baru
berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne, Tagliatelle dan
lain sebagainya. Spaghetti adalah mi Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di
masak 9-12 menit di dalam air mendidih. Pada saat spaghetti di masak maka
spaghetti tersebut akan bertambah panjang dan dapat kembali lagi ke bentuk
semula, ini menunjukkan bahwa spaghetti memiliki tingkat keelastisitasan. Pada
percobaan kali ini kami akan menguji tingkat keelastisitasan pada spaghetti.
A. RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah percobaan ini adalah:
1. Bagaimana
pengaruh lama perebusan terhadap elastisitas spageti?
B. TUJUAN
PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh lama perebusan
terhadap elastisitas spageti
BAB II
DASAR TEORI
Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk
awalnya setelah gaya luar di hilangkan. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna
jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk di hilangkan.Banyak benda
yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai depormasi yang terbatas disebut
limit elastiknya,dan apabila gaya-gaya dihilangkan , maka benda tersebut
tidak kembali kebentuk semula . Beberapa bahan mendekati sifat tidak elastik sempurna
dan menujukkan tdak ada kecenderungan untk kembali kebentuk semula
setelah gaya dihilangkan. Bahan ini disebut bersifat pelastik .Sebenarnya
perbedaan antara sifat elastik dan pelastik. Hanyalah terletak pada tingkatan
dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi.Anggap saja benda-benda ini
bersifat homogen dan isotropik.Homogen berarti pada setiap bagian benda
mempunyai kerapatan sama.Sedangkan isotropik artinya pada setiap titik
pada benda mempunyai sifat-sifat fisis sama kesegala arah(Ganijanti Aby Sarojo,
2002:318).
Jika
besar perpanjangan δx lebih kecil dibandingkan dengan panjang benda, eksperimen
menunjukkan bahwa δL sebanding dengan berat atau gaya yang diberikan pada
benda. Perbandingan ini dapat kita tuliskan dalam persamaan:
Di sini F menyatakan gaya yang menarik benda, δL adalah perubahan panjang dan k
adalah konstanta pembanding. Ternyata persamaan tersebut berlaku untuk hampir
semua materi padat dari besi sampai tulang, tetapi hanya sampai suatu batas
tertentu. Karena jika gaya terlalu besar, benda meregang sangat besar dan
akhirnya patah. Ternyata untuk gaya yang sama, besar regangan sebanding dengan
panjang awal dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang. Yaitu;
makin panjang benda makin besar pertambahan panjangnya untuk suatu gaya
tertentu; dan makin tebal benda tersebut, makin kecil pertambahan
panjangnya(Giancolli, 2001:299).
Tegangan (stress) atau gaya pendeformasi persatuan luas menghasilkan regangan
(strain) atau deformasi satuan. Spesimen bersangkutan berdeformasi secara
permanen pada waktu tegangan sama dengan kekuatan luluh material atau bahan.
Baja patah ketika tegangan sama dengan kekuatan batas material. Pada rentang
rekayasa teknik tegangan dan regangan sebanding satu sama lain (David Halliday,
2009:505).
Apabila karet yang ditarik sampai mulur (memanjang)dan
setelah gaya dihilangkan pemuluran ini tetap terjadi dengan panjang awal karet
sebelum percobaan menjadi tidak sama dengan panjang karet setelah percobaan,
maka sifat elastis karet tersebut dapat dinyatakan telah berubah. Akibatnya
karet yang telah mengalami permukaan telah berubah batas elastisitasnya. Sifat
berlawanan dari elastis disebut plastis.
Hubungan linier antara gaya dengan pertambahan panjang ,
menurut hooks tidak hanya berlaku untuk batang benda padat saja , tetapi
berlaku juga untuk benda – benda elastis contohnya seperti yang akan kita
jadikan objek praktikum kita ini seperti : pegas, karet pentil dan karet
gelang.
Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah perbandingan
antara gaya yang diberikan dengan pertambahan panjang benda adalah konstan.
F = k .
Δl → k = F/Δl
Keterangan :
·
F = gaya (N)
·
k = konstanta (N/m)
·
Δl = perubahan panjang (m)
Grafik Hukum Hooke
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A.
Rancangan Percobaan
B.
Alat dan Bahan
1. Spageti 2
buah
2. Gelas beker 500 ml 2
buah
3. Gelas beker 200 ml 1 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Kompor 1 buah
6. Stopwatch 1
buah
7. Thermometer 1
buah
8. Air 1000 ml
C.
Variabel
Variabel Manipulasi : lama
perebusan
Variabel Kontrol : spageti
Variabel Respon : elastisitas
spageti
D.
Alur Percobaan
- memasukkan air 200 ml kedalam panci
-
menyalakan kompor
-
merebus air hingga mendidih
- memasukkan 3 potongan spageti yang sudah dipotong 5
cm
- merebus spageti selama 10 menit, 12 menit, 14 menit
- mengangkat rebusan spageti
- meniriskan rebusan spageti
Rebusan spageti
- mengukur panjang spageti setelah perebusan
- mengukur pertambahan panjang spageti dengan
menariknya memanjang hingga akan putus.
|
E.
Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu kemudian memasukkan air sebanyak 200 ml kedalam panci, lalu menyalakan
kompor dan memasak air sampai mendidih (100o C). Memotong spageti
menjadi tiga bagian masing –masing dengan panjang 5 cm . memasukkan spageti
kedalam panci dan merebusnya selama 10 menit , setelah 10 menit spageti
ditiriskan dan ukur panjangnya. Lalu menarik spageti dan mengukur pertambahan
panjangnya hingga akan putus . kemudian mengulangi langkah – langkah tersebut
dengan selang waktu yang berbeda yaitu 12 menit dan 14 menit.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data Pengamatan
No
|
Waktu
|
(l0±0,1)cm
|
(l1±0,1)cm
|
Δl (l1-l0)
|
E=
|
1
|
10 menit
|
5,2
|
8,2
|
3
|
0,576
|
2
|
12 menit
|
6,0
|
9,5
|
3,5
|
0,584
|
3
|
14 menit
|
6,9
|
10,3
|
3,4
|
0,49
|
B. Analisis
Dari data yang kami dapatkan berdasarkan hasil
pengamatan pertama diketahui spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan
10 menit, panjang spageti setelah direbus (l0) sebesar 5,2 cm,
memiliki perebuhan panjang 3 cm dan tingkat elastisitasnya 0,576. Hasil
pengamatan kedua, spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan 12 menit,
panjang spageti setelah direbus (l0) sebesar 6,0 cm, memiliki
perebuhan panjang 3,5 cm dan tingkat elastisitasnya 0,584. Hasil pengamatan
ketiga, spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan 14 menit, panjang
spageti setelah direbus (l0) sebesar 6,9cm, memiliki perebuhan
panjang 3,4 cm dan tingkat elastisitasnya 0,49.
BAB V
PEMBAHASAN
1.
Mengapa hasil percobaan pertama dan kedua
elastisitasnya hampir sama?
Lama perebusan sangat berpengaruh
terhadap elastisitas spageti.
Kami mengunakan spageti dengan jenis yang sama
dan dengan lama perebusan yang berbeda yaitu 10 menit, 12 menit, 14 menit. Namun Spageti percobaan
pertama dan kedua tidak direbus dengan volume air yang sama dan menyebabkan
elastisitas antara percobaan pertama dan kedua hampir sama.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh dari
percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pengaruh
lama perebusan spageti dan elastisitas saling berpengaruh. Semakin lama
perebusan yang dilakukan maka semakin tinggi elastisitas yang diukur. Sehingga
dapat mempengaruhi perubahan elastisitas dan regangan tersebut.
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|